Saya melihat jembatan penyeberangan ini dari dalam kereta commuterline rute Jakarta-Serpong. Saat itu juga saya merasa ada yang salah dengan jembatan penyeberangan ini.
I noticed the pedestrian crossing bridge as I traveled on Jakarta-Serpong commuterline train. Immediately I feel that something is wrong about the bridge
Jalur kereta commuterline Jakarta-Serpong yang saya lalui hampir setiap hari sudah ada sejak lama. Jalur kereta ini dibangun oleh Pemerintah Belanda pada tahun 1896-1899. Lebih dari 100 tahun kemudian, di tahun 2000, ruas jalan tol Jakarta-Serpong mulai dibangun paralel dengan rel kereta api Jakarta-Serpong.
The track in which my train traveled through has been the way before the toll road. The train track was build by the Dutch Colonial Government back in 1896-1899. Over a century later in the year 2000, the toll road Jakarta-Serpong was built, parallel to the railway track.
Seiring dengan pembangunan jalan tol, dibangun juga jembatan penyeberangan orang. Jembatan ini dibangun agar penduduk sekitar tetap bisa menyeberang menuju tempat aktivitasnya seperti sebelum dibangun jalan tol. Tapi, jembatan penyeberangan orang hanya berhenti sampai ujung jalan tol. Setelah itu, warga yang menyeberang masih harus mengambil resiko menyeberang rel kereta, sama seperti sebelum jalan tol dibangun.
The pedestrian crossing bridge was built together with the toll road, to facilitate locals who live nearby to cross the toll road. Locals going to the other side of the road to take care some stuff. It will be impossibly dangerous to cross the toll road, hence the purpose of the bridge. But then, after crossing the toll road using the bridge, people still need to take risk to cross the railway, just like before the toll road.
Kenapa jembatan penyeberangan orang tidak dibangun melintasi jalan tol dan kereta api? Kenapa jembatan ini hanya dibangun melewati jalan tol? Mungkin, karena jembatan penyeberangan orang ini dibangun sebagai bagian dari proyek jalan tol, sehingga tidak ada budget untuk melanjutkan jembatan penyeberangan orang hingga melewati rel kereta. Mungkin juga budget yang dibutuhkan sudah diajukan, tetapi ditolak oleh yang berwenang. Atau bahkan, pihak kereta api yang tidak mengijinkan pembangunan jembatan penyeberangan orang, dengan berbagai alasan.
So, why the pedestrian crossing bridge stops after the toll road. Why don’t it continue to cross and terminate after the railway track? Maybe, because the pedestrian crossing bridge was developed as part of the contract to build the toll road. There are no budget to built the pedestrian crossing bridge over the railway track. Or, the budget has been proposed, but rejected by authority. Or maybe, the railway company gave too much reasons that make the development impossible.
Apapun penyebabnya, hasil akhir adalah sebuah pembangunan yang setengah-setengah.
Whatever the reason is, the outcome is development misalignment.
Leave a Reply